Selasa, 19 Juli 2011

SUPER SUNDAY, LETS HAPPY TOGETHER

Syahdan seorang motivator ulung bernama MARIO TEGUH membuat quote word begini :

“Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat
...berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita
kaya, tetapi menggunakannya dengan baik
adalah sumber dari semua kekayaan”

Berbekal dari kalimat motivasi diatas lalu si Mr. Paijo yang merupakan usahawan sukses yang mempunyai waktu luang di hari minggu sore membuat suatu tradisi baru yaitu tiap minggu pertama diawal bulan, tepatnya pada hari minggu pagi dia mengadakan majlis bagi-bagi uang & sembako pada warga miskin disekitarnya dengan didahului sambutan keagamaan dari seorang Ustadz, pembacaan kalimat2 thoyibbah yang lain dan ditutup dengan doa. Rangkaian kegiatan diatas oleh Mr. Paijo disebut SUPER SUNDAY, LETS HAPPY TOGETHER. Nah tradisi sepeninggal Mr. Paijo, tradisi tersebut diteruskan oleh Mr. Paijo Junior dan terus dilestarikan hingga kini. Para Ustadz silih berganti diundang dan majlis acara tersebut makin hari makin bergairah dan semarak.

Pertanyaannya disini adalah :

1. Apakah dasar si Mr. Paijo Senior ketika mencetuskan ide acara SUPER SUNDAY, LETS HAPPY TOGETHER tadi yang ternyata berangkat dari ketertarikannya akan kalimat motivasi MARIO TEGUH adalah bid’ah ??
2. Apakah tradisi yang dilestarikan dan dikhususkan pada hari minggu sore pada tiap awal bulan tersebut terkena juga klaim bid’ah ??
3. Klu acara yg berkonten ibadah tersebut adalah termasuk kategori hal baru dan tidak pernah ada pada jaman Nabi dan Sahabat, lalu Apakah acara SUPER SUNDAY, LETS HAPPY TOGETHER yang telah memberi banyak manfaat pada masyarakat dhuafa sekitar tersebut sepatutnya dibubarkan saja karena ada ultimatum neraka nya ??

Monggo para Ustadz-Ustadzah Wahabi berkenan memberi Lampu Mercury-nya ???

Ting-t0ng..~0_^

OLEH :

2 komentar:

Anonim mengatakan...

1. Kalau sepur sunday tadi diniati karen dik teguh ya tak ada pahala, kalau diniati basmilah berpahala. Ustad saya mah sering nasehati saya berinfaq, tapi kalau infaq tidak karena ustad saya, tapi karena rosul dan diniati basmalah.
2. Saya mah juga merutinkan kegiatan pada rabu bakda isak, ngaji kitab, tak masalah!. Tapi saya tidak dzikir berjamaah, dengan suara keras dan lagu yang sama. Tak ada imam dzikir. Saya dzikir sendiri-sendiri, suara pelan, Allah kan maha mendengar. Suara yang jelek kan keledai kerass.
3. Lanjut aja kegiatan sepur minggu itu, tapi perbaiki niatnya, laksanakan kajian sesuai sunah,tak usah dzikir, sholawat bareng-bareng banter sisan!, mundak koyo gerejo omahmu, tinggalkan doa secara berjamaah (makmum gur oman-amin thok ra dho mudeng we, ra krungu barang melu amin sisan,po kuwi?, ra ono tuntunane kuwi). Tapi ati-ati putune, putune, putune paijo suk ben nek punya keyakinan "kudu nindakke sepur, nek ora dosa?", Mula putu-putu mau wis blusuk, paijo melu dosa! Iso ra kowe jamin...

Unknown mengatakan...

Banyak orang melarang ibadah karena alasan "tidak ada tuntunannya", walaupun sebenernya ada atau tidak hanya sebatas pengetahuan... Jangan-jangan karena belum tahu, maka ngomongnya tidak ada.

Semacam puasa sya'ban, dengan lantang dikatakan "Bid'ah!!!"

Kalau memang alasannya "belum ada tuntunan" saja, yang perlu dipertanyakan lebih lanjut, ada tidak larangannya?

Kenapa menjadi haram, kalau diniatkan ibadah? Kan haram hanya kalau puasa di 2 hari raya, atau 3 hari tasrik.

Selama kita melakukan tidak melanggar unsur syariah, niat ikhlas karena allah, kok saya yakin bahkan nafas saya pun bisa dijadikan nilai ibadah.

Karena itu, berat rasanya kalau harus memahami ada orang dilaknat karena puasa, baca yasin, membaca shalawat bersama-sama, dsb.